Reality Club Presents...Indonesia Tour in Bandung! Collaborating With Bilal Indrajaya. Buy Tickets Now!×
Connect with us

Music News

Innocent Voice Rilis Album Kedua, Menebas Sunyi Lewat “Setara Mata Pisau”

Innocent Voice dibentuk pada 2006, lalu dua tahun setelahnya melepas EP berjudul “War Anthem” berisi lima lagu lewat label Solver.

Published

on

Keresidenan Pati dan wilayah sekitarnya selama ini dikenal lewat dua hal: rokok dan ukiran. Tapi di sela reputasi industri dan seni tradisional itu, ada juga suara keras dari bawah tanah yang pantas dicatat. Dari Kudus, muncul band-band yang berani bersuara lantang, sebut saja Menuju Utara dengan semangat suporternya yang kental, hingga Innocent Voice, yang kini menjelma ikon metal modern dari Muria Raya.

Innocent Voice dibentuk pada 2006, lalu dua tahun setelahnya melepas EP berjudul “War Anthem” berisi lima lagu lewat label Solver. Namun perjalanan mereka sempat tersendat; vakum pada 2009 akibat kesibukan pribadi anggota band.

Butuh enam tahun sebelum mereka kembali hidup, hanya menyisakan Anza (drummer) dari formasi awal. Formasi baru dengan Irul dan Aftar di gitar, Anto di vokal, serta Panjul di bass membuka babak baru bagi Innocent Voice. Hasilnya bisa didengar lewat single “Reborn” (2016) yang memperkenalkan groove lebih tebal dan energi lebih modern. Tiga tahun kemudian, lewat label Aurigas, lahirlah album penuh pertama mereka “Circle of Repeat”.

Selepas debut itu, mereka sempat muncul lagi dengan single “Rodan Pararel” pada 2023. Dua tahun berselang, kolaborasi dengan Smookersaid Records melahirkan album kedua, “Setara Mata Pisau”, yang dirilis digital pada 4 Oktober 2025 dan menyusul dalam format CD seminggu kemudian. Album ini berisi delapan lagu: “Dualitas”, “Labirin”, “Noir”, “Peran Terakhir”, “Rodan Pararel”, “Purgatorium”, “Setara Mata Pisau”, dan versi akustik “Loneliness”.

Secara musikal, “Setara Mata Pisau” memperlihatkan Innocent Voice di fase paling matang. Mereka mengolah metalcore modern dengan produksi bersih namun tetap beringas: riff-riff berat, breakdown rapat, dan percampuran vokal growl serta clean singing yang berimbang. Perubahan arah mereka terasa alami: masih keras, tapi lebih fokus dan melodius.

Kami ingin tetap di jalur kami, meskipun ada sedikit perubahan. Kami adaptif, tapi tetap idealis,” ungkap band ini dalam keterangan mereka, menggambarkan keseimbangan yang coba dijaga antara progres dan karakter awal.

Secara tematik, album ini berbicara tentang perubahan, tragedi, dan proses berdamai dengan rasa sakit, baik dari pengalaman pribadi maupun pengamatan sosial. Direkam di Aurigas Music Labs, album ini juga menjadi langkah baru mereka dalam menulis lirik: kini lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Dari delapan lagu, hanya “Loneliness (acoustic version)” yang masih berbahasa Inggris.

Lagu itu bukan materi baru. “Loneliness” sudah muncul di EP debut mereka, tapi kini diaransemen ulang dengan versi akustik yang menampilkan Indra Pamungkas dan Jeffry Arsand. Hasilnya, nuansa yang mengingatkan pada Layne Staley di era Alice in Chains, lembut tapi muram, cocok dijadikan penutup album. “Lagu ini bagian penting dari sejarah kami. Versi akustiknya adalah bentuk penghormatan,” kata perwakilan band.

Selain membangkitkan “Loneliness”, mereka juga merekam ulang “Rodan Pararel” dalam versi lebih solid untuk dimasukkan ke album baru. Tapi langkah paling berani mereka ada di lagu “Purgatorium”, sebuah kolaborasi lintas generasi yang menggandeng Bunda Arie Koesmiran (ikon 70-an) dan Adjie dari Down For Life (era 90-an).

Bunda Arie punya warna vokal khas, sementara Mas Adjie mewakili kekuatan emosional yang kami cari. Lagu ini jadi penuh makna,” ujar mereka.

ENV=481fa940-490b-43d4-a35d-b19fd6be535c
Support Gigsplay Dengan Saweria

🙏 Terima Kasih Atas Dukungan Anda!

Dukungan Anda sangat penting dan membantu Gigsplay untuk mendukung musisi independen Indonesia.

✅ KLIK UNTUK DONASI
Pilihan mode pembayaran
Pilihan metode pembayaran
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *