Setelah memperkenalkan diri dengan debut track “My Generation”, kolektif asal Wales yang bernama teethin kini kembali dengan single terbaru berjudul “DUD” dan sekaligus mengumumkan perilisan EP perdana mereka yang berjudul ‘Greed Between The Lines’, yang dijadwalkan rilis pada 3 Oktober mendatang melalui label Silent Kid Records.
Kehadiran teethin menjadi suara baru yang berani dan sulit ditebak. Mereka membaurkan energi mentah dari punk dengan gebukan musik elektronik dan ritme dansa yang agresif. Dalam kolektif ini terdapat musisi dari berbagai latar belakang geografis dan budaya, mulai dari Lembah Wales, Athena, Ukraina, hingga Filipina, yang menciptakan lanskap sonik yang kompleks, berwarna, dan mencerminkan keberagaman pengalaman mereka.
Di tengah banyaknya musisi yang memilih untuk bermain aman, teethin justru muncul sebagai sosok yang menantang kenyamanan tersebut, menghadirkan kombinasi techno, punk, dan rock dengan pendekatan yang keras kepala dan tanpa kompromi.
Single “DUD” lahir dari keresahan kolektif terhadap fenomena musisi dan seniman yang ‘berpura-pura’ hidup dalam identitas kelas pekerja demi estetika atau kepentingan pribadi. Dalam pernyataan mereka, teethin menjelaskan bahwa lagu ini merupakan kelanjutan dari pesan yang pernah mereka sampaikan dalam lagu “Lara Scoffed”.

teethin (photo by Jamila Fadhlaoui)
Mereka menyoroti kecenderungan beberapa artis yang meromantisasi kehidupan yang keras, seperti kemiskinan, kecanduan, atau ketergantungan alkohol, tanpa benar-benar mengalami hal tersebut.
“Tak sedikit orang merasa dirinya lebih unggul dari yang lain, entah itu terhadap mereka yang rutin nongkrong di pub setiap malam atau mereka yang hidup di jalanan. Padahal, jarak di antara kita sebenarnya sangat tipis. Keadaan bisa berubah sewaktu-waktu, dan kenyataannya, banyak dari orang-orang di sekitar kita justru lebih dekat dengan kondisi tunawisma atau kecanduan dibanding yang selama ini kita sadari,” ungkap mereka.
Proses penulisan lagu ini dilakukan secara bertahap, melalui banyak versi sebelum akhirnya menemukan bentuk yang tepat. Salah satu frasa yang terus terlintas di pikiran mereka adalah “penny chic”, sebuah sindiran terhadap gaya fesyen murah yang secara ironis dianggap sebagai estetika yang trendi. Frasa ini menjadi benang merah dalam lirik yang mereka pertahankan hingga akhir.
Inspirasi lain muncul dari momen ketika Kim Kardashian mengenakan kostum ala peziarah. Bagi teethin, momen itu menjadi titik puncak dari kekesalan mereka.
“Itu memunculkan rasa geli sekaligus marah yang luar biasa. Orang-orang kaya selalu tertarik pada seni yang lahir dari penderitaan kelas pekerja, tapi mereka tidak pernah benar-benar ingin mengalami kehidupan yang memunculkan karya-karya itu,” ungkap mereka lebih lanjut.
Bagi sebagian besar anggota teethin, realitas hidup bukan sekadar cerita. Mereka pernah mengalami masa-masa sulit, berjuang dengan masalah keuangan, dan terjebak dalam siklus kecanduan yang muncul dari keputusasaan.
“Itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Jika kita bisa keluar dari situasi itu, kita bisa menciptakan musik yang tulus. Namun, ketika orang lain memanfaatkan citra penderitaan untuk keuntungan, itu sangat menjijikkan.”
“DUD” tidak hanya menyoroti ketimpangan kelas atau kemunafikan citra di industri hiburan, tetapi juga menjadi bukti bahwa teethin memiliki pesan yang ingin disampaikan.
Dengan musik yang meledak-ledak, mereka mengarahkan amarah dan pengalaman personal ke dalam karya yang menolak dibungkam atau dibentuk oleh aturan pasar.
[youtube v=”z_cjHYYSEk8″]
ENV=481fa940-490b-43d4-a35d-b19fd6be535c
Support Gigsplay Dengan Saweria
🙏 Terima Kasih Atas Dukungan Anda!
Dukungan Anda sangat penting dan membantu Gigsplay untuk mendukung musisi independen Indonesia.
✅ KLIK UNTUK DONASI
Pilihan mode pembayaran