Kuintet pop asal Serang, Dopamin, melanjutkan perjalanan mereka dengan merilis mini album berjudul ‘Liberica‘. Setelah cukup dikenal di skena pop bawah tanah dengan nuansa tweepop yang manis dan lembut, rilisan kali ini justru menunjukkan sisi yang berbeda.
Aransemen yang sebelumnya ceria kini terdengar lebih menantang, bukan dalam arti negatif, tetapi karena mereka berani mengejutkan, mengguncang, bahkan menampar pendengar lewat musik.
Berisi lima track (empat lagu dan satu instrumental), ‘Liberica’ terasa seperti catatan panjang tentang kehidupan, ketidakadilan, dan rasa frustrasi terhadap sistem.
Mereka masih bermain di ranah pop, tapi kali ini jauh lebih bebas. Bukan hanya dari sisi produksi, tapi juga dalam pengambilan tema dan eksplorasi lintas genre. Ini bukan Dopamin yang sama dari rilisan mereka sebelumnya, meski benang tweepop itu masih ada, tapi dengan bentuk dan warna yang jauh lebih kontras.
Nama ‘Liberica’ sendiri diambil dari dua kata: “liberal” dan “rhetoric”, yang mencerminkan semangat kebebasan dalam berbicara dan berpikir tanpa terikat oleh dogma. Dalam konteks ini, Dopamin menyuarakan keresahan, harapan, dan kemarahan dengan cara yang jujur dan tanpa basa-basi.
Proses produksinya tidaklah sederhana. Jarak antar personel karena urusan kuliah membuat pengerjaan mini album ini memakan waktu hingga setahun. Namun hasilnya justru terasa matang. Setiap lagu memiliki ruang dan sorotan tersendiri. Tidak ada yang terdengar repetitif atau sekadar mengisi slot.

Lagu pembuka âHey, Mrs. Belleâ menyampaikan pesan tegas tentang marjinalisasi perempuan. Dengan lirik yang manis, lagu ini mengangkat isu serius seperti pelecehan, kekerasan, dan stigma terhadap perempuan yang dianggap lemah atau tidak layak memimpin.
Dopamin tidak hanya berbicara, tetapi juga menjadikan lagu ini sebagai bentuk perlawanan. Mereka ingin perempuan yang merasa terpinggirkan dapat menemukan kekuatan melalui lagu ini, sekaligus meruntuhkan mitos bahwa musik pop selalu bersih dan sopan
Selanjutnya, ada âBe Meâ, sebuah anthem bagi mereka yang merasa asing di tengah masyarakat yang sering menilai dari permukaan. Lirik seperti âWhatever what people say to me, I just want to be happy with myselfâ mencerminkan keinginan sederhana: hidup dengan jujur pada diri sendiri.
Ini seperti pelukan hangat bagi mereka yang identitasnya dipertanyakan, yang ekspresinya dianggap menyimpang, dan yang keberadaannya selalu dinilai berdasarkan norma mayoritas. Bagi Dopamin, kebahagiaan adalah hak setiap individu, bukan sesuatu yang bisa ditawar.
Dopamin juga tak ragu menyentil kondisi sosial-politik Indonesia dalam âVoor Henâ. Lagu ini penuh kemarahan dan langsung menyasar pusat kekuasaan. Kritik mereka tajam: mulai dari kebijakan absurd, penegakan hukum yang bobrok, hingga manipulasi oleh tokoh publik yang lebih mirip tikus ketimbang pemimpin.
Tidak hanya liriknya yang menyala, musiknya pun keras, penuh distorsi yang mencerminkan kekesalan. Ini menjadi semacam ledakan dari Dopamin: penolakan terhadap semua bentuk ketidakadilan yang dilegalkan.

Sementara itu, âVertikulturalâ hadir dengan pendekatan yang lebih reflektif. Lagu ini bicara tentang kesalahan, perubahan, dan perjalanan hidup yang naik-turun. Lirik seperti âKembali ke pangkuan, mempelajari kesalahanâ dan âMari mulai perubahanâ menjadi ajakan untuk terus belajar dan tidak tenggelam dalam penyesalan.
Aransemennya tetap dalam spektrum pop, tapi dengan ruang kosong yang cukup untuk merenung. Ini mungkin satu-satunya lagu dalam ‘Liberica’ yang terasa seperti ajakan untuk berdamai, tanpa harus kehilangan daya kritis.
Menutup mini album ini, Dopamin tidak hanya memperlihatkan musikalitas yang berkembang, tapi juga keberanian dalam bersuara. Mereka tidak takut tampil âkotorâ, tidak takut mengusik kenyamanan pendengar, dan justru mengambil langkah berani untuk mengguncang batasan-batasan yang biasa melekat pada musik pop.
Dengan ‘Liberica’, Dopamin menyusun manifesto kecil: bahwa pop bisa keras, bisa marah, bisa menyentuh, dan tetap jujur pada realitas. Album ini terasa seperti percakapan panjang dengan seseorang yang sudah terlalu lama diam, dan kini akhirnya bicara. Dan mereka bicara dengan lantang.
ENV=481fa940-490b-43d4-a35d-b19fd6be535c
Support Gigsplay Dengan Saweria
đ Terima Kasih Atas Dukungan Anda!
Dukungan Anda sangat penting dan membantu Gigsplay untuk mendukung musisi independen Indonesia.
â
KLIK UNTUK DONASI
Pilihan mode pembayaran